13 April 2010 | 18:25 WIB
Dirjen LPE, J. Purwono
Alamsyah Pua Saba
alam@majalahtambang.com
Jakarta-TAMBANG- Hasil studi Direktorat Listrik dan Pemanfaatan Energei (LPE) Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM), menyebutkan energi di Indonesia yang terbuang percuma cukup besar sekitar 15 hingga 30 persen. Padahal jumlah 15-30 persen tersebut bisa dioptimalkan untuk masyarakat lain yang belum terlistriki.
“Itu tergantung dari jenis kegiatan masyarakat. Kalau di Industri dan komersial bisa mencapai 30 persen, sementara rumah tangga 15 persen,” Demikian disampaikan Dirjen LPE, J. Purwono, usai seminar Efisiensi Energi Indonesia-Denmark di Jakarta hari ini (Selasa, 13/04/2010).
Dengan kondisi tersebut, lanjut Purwono, menuntut kita untuk bisa melakukan penghematan minimal 15 persen. Jika saja dipakai ukuran kelistrikan per 1000 MW, 15 persen setara dengan 150 MW. Sehingga jika bisa menghemat 15 persen saja, maka seakan mendapatkan tambahan pembangkit baru 15 MW untuk system 1000 MW.
“Jadi kalau semua pemakai listrik melakukan efisiensi, maka cadangan PLN menjadi lebih besar. Jadi bisa untuk menyambung masyarakat lain yang belum dapat listrik,” jelasnya
Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan melakukan pergantian motor-motor listrik yang sudah tua untuk industri.
Selain pergantian mesin-mesin tua yang boros energi, Dirjen LPE juga menghimbau kepada pelaku industri untuk melakukan audit energi sebelum melakukan investasi baru. Direktorat yang dipimpinnya, sudah melakukan audit secara gratis kepada hampir 300 perusahaan. Selain itu terus memberikan saran untuk melakukan efisiensi.
Memang diakuinya, sebagaian perusahaan ada yang sudah melaksanakan saran yang disampaikan, ada pula yang belum melaksanakan, sebagaian lain sedang dalam proses. Ada yang secara cepat bisa melaksanakan saran, ada pula yang cukup a lot.
“Memang kondisinya berbeda. Tentu investasi di tiap perusahaan beda-beda sesuai kemampuannya,” jelasnya lagi.
Kemudian yang perlu terus disampaikan adalah bagaimana mengubah mindset pelaku industri. Menurutnya, selama ini pelaku industri masih berpikir, lebih baik boros, ketimbang melakukan investasi baru, karena harga listrik masih tergolong murah.
Cara berpikir seperti ini, katanya lagi harus dirubah. Karena ke depan, subsidi listrik untuk masyarakat mampu dan industri akan dikurangi. Karena itu, yang harus dilakukan adalah melakukan efisiensi. Ia meyakinkan, apa yang diinvestasikan industri atau perorangan di sektor listrik, dalam waktu 1 hingga 2 tahun akan kembali.
Dengan himbauan tentang efisiensi pemakaian listrik ini, maka nantinya Surat Keputusan Bersama 5 Menteri tentang mengenai penghematan listrik melalui pergeseran jam kerja industri, akan dicabut. Rencananya, Juni 2010, sudah dilakukan.
Sementara dalam kerjasama dengan pemerintahan Denmark, lanjut Purwono, saat ini sedang membuat percontohan kantor hemat energi. Proyek percontohan tersebut dilakukan di kantor Ditjen LPE, Jakarta.
“Percontohan itu untuk menunjukan standar yang baik berapa kwh per square meter per tahun untuk suatu konsumsi energi atau listrik yang baik untuk perkantoran. Jadi artinya tanpa mengurangi kenyamanan, sebetulnya kita bisa melakukan penghematan yang signifikan,” urainya.
Saat ini, terangnya lantai 5 gedungnya sedang dilakukan renovasi, baik sistem kelistrikan, tata letak ruangan maupun desain ruangan yang bisa menghemat pemakaian listrik. Diharapkan pada bulan Mei atau Juni 2010, sudah bisa berjalan. []
0 comments: on "15-30 Persen Listrik Di Indonesia Terbuang Percuma"
Post a Comment